Dibuat Oleh :Agus Muhammad Syahrul Fadlillah, Achmad Rif'at, Agista Zaskia Wanda Ayini, Wardatul Manzia

Kelas :XI DKV 1

Dampak Kolonialisme “Jejak Perkebunan Eropa Dikecamatan Glenmore”

Jejak Perkebunan Eropa Dikecamatan Glenmore

Awal mula Glenmore Pada 1906, pemerintah Belanda mengeluarkan undangan kepada sejumlah investor Eropa untuk membuka perkebunan di wilayah Banyuwangi. Salah satu pengusaha Eropa yang menjawab undangan ini adalah Ros Taylor dari Skotlandia. Ia membeli lahan seluas 163.800 hektare di lereng Gunung Raung dari pemerintah Belanda. Pada 02 Februari 1910, Ros Taylor memulai usaha perkebunannya. Ia juga memulai pembangunan Glenmore Estate yang sekarang berlokasi di Desa Margomulyo. Nama Glenmore berasal dari bahasa Gaelik, bahasa asli Skotlandia, yang berarti “bukit besar” atau “great glen”. Nama ini merujuk pada dataran tinggi yang luas dengan perbukitan dan iklim sejuk.

Eksplorasi Glenmore Glenmore di Banyuwangi, Jawa Timur, tetap mempertahankan ciri khas Eropa yang telah ada sejak masa kolonial. Terdapat beberapa lokasi yang dapat dijelajahi untuk merasakan pesona Eropa di tengah Pulau Jawa, yaitu: PT Perkebunan Glenmore (Glenmore Estate) PT Perkebunan Glenmore atau juga dikenal sebagai Glenmore Estate adalah sebuah perusahaan yang berlokasi di Desa Margomulyo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi Glenmore Estate awalnya didirikan pada 2 Februari 1910 dan merupakan salah satu perkebunan besar yang dikembangkan oleh pengusaha Eropa di wilayah Banyuwangi. Perusahaan ini fokus dalam produksi pertanian, terutama dalam budidaya tanaman perkebunan, seperti karet. Seiring berjalannya waktu, perusahaan ini berkembang menjadi salah satu pabrik terbesar di kawasan tersebut. Salah satu hal menarik dari Glenmore Estate adalah pelestarian sejumlah bangunan bersejarah dengan mempertahankan arsitektur Eropa yang mencerminkan warisan kolonialisme Belanda. Lokomotif uap yang ditemukan di halaman pabrik adalah salah satu peninggalan bersejarah di Glenmore Estate. Lokomotif uap ini mengingatkan pada masa lalu ketika mesin-mesin teknologi pertanian tenaga uap berkembang pesat. Pipa Sarengan, sebuah pipa tua, juga merupakan salah satu peninggalan penting yang mengalirkan air untuk memenuhi kebutuhan warga dan perkebunan tersebut.    Pipa Sarengan Pipa Sarengan, sebuah infrastruktur peninggalan dari masa kolonial Belanda di Glenmore, yang tetap berfungsi hingga saat ini. Pipa ini memiliki ukuran diameter yang cukup besar, yaitu sekitar 50 cm, dan panjangnya mencapai sekitar 500 meter. Fungsi dari pipa ini sangat vital dalam menyediakan pasokan air bagi berbagai kebutuhan di sekitar wilayah Glenmore, terutama di Desa Margomulyo. Salah satu peran utama Pipa Sarengan adalah sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk Desa Margomulyo. Air yang mengalir melalui pipa ini digunakan untuk keperluan minum, masak, mandi, dan berbagai aktivitas rumah tangga lainnya. Pipa ini juga berperan penting dalam mengirigasi lahan persawahan di sekitar wilayah tersebut. Selain berfungsi untuk kebutuhan domestik, Pipa Sarengan juga menyediakan pasokan air yang diperlukan Pabrik Perkebunan Glenmore. Pabrik ini merupakan entitas ekonomi penting di wilayah tersebut, sedangkan air dari pipa ini menjadi salah satu faktor pendukung dalam menjaga kelangsungan operasionalnya. Pipa Sarengan juga menjadi daya tarik bagi wisatawan asal Belanda.

Jembatan Kudung Kendeng Lembu Jembatan Kudung Kendeng Lembu, yang sering disebut sebagai “Jembatan Kudung” oleh masyarakat sekitar karena adanya atap, merupakan salah satu peninggalan bersejarah di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur. Jembatan ini terletak di jalur masuk Perkebunan Kendenglembu di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore. Jembatan Kudung Kendeng Lembu memiliki sejarah panjang yang dapat ditelusuri hingga tahun 1914. Pada masa itu, wilayah Banyuwangi menjadi tempat beroperasinya perusahaan swasta Belanda yang dikenal sebagai NV Rubber Cultur Mij Kendenglembu. Jembatan ini dibangun oleh perusahaan tersebut sebagai bagian dari infrastruktur yang mendukung operasional perkebunan mereka. Satu hal yang menonjol dari jembatan ini adalah adanya atap, sehingga dinamai “Jembatan Kudung”. Atap ini memberikan perlindungan terhadap cuaca bagi pengguna jembatan serta menambah daya tarik estetika jembatan. Dengan desain yang kokoh dan tangguh, jembatan ini telah bertahan selama bertahun-tahun dan tetap digunakan oleh masyarakat setempat sebagai jalur lintas yang penting. Jembatan Kudung Kendeng Lembu bukan hanya sebagai jalan lintas, tetapi juga memiliki nilai sejarah yang penting karena merupakan salah satu peninggalan masa kolonial Belanda di Indonesia. Bangunan ini mencerminkan kejayaan dan peran perusahaan perkebunan Belanda di wilayah Banyuwangi pada masa lalu.

 

Dampak ekonomi:

  1. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah: Pendirian Glenmore Estate oleh Ros Taylor membuka peluang investasi dan pekerjaan bagi penduduk setempat. Ini berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut, karena lebih banyak orang mendapatkan pekerjaan di perkebunan dan pabrik, serta dari sektor pariwisata yang berkembang seiring dengan eksplorasi tempat-tempat bersejarah.
  2. Pendapatan dari Pertanian: Glenmore Estate adalah salah satu perkebunan besar yang fokus pada produksi pertanian, seperti karet. Produksi pertanian ini menciptakan pendapatan bagi perusahaan dan juga pekerja yang terlibat dalam budidaya tanaman tersebut.
  3. Pelestarian Sejarah: Glenmore Estate mempertahankan bangunan bersejarah dan arsitektur Eropa yang mencerminkan warisan kolonialisme Belanda. Hal ini mendorong wisatawan, terutama dari Belanda, untuk berkunjung. Wisatawan ini membawa dampak ekonomi positif dengan membelanjakan uang mereka di wilayah tersebut, seperti membayar tiket masuk, menginap di hotel, makan di restoran, dan membeli oleh-oleh.
  4. Pasokan Air untuk Wilayah: Pipa Sarengan memiliki peran vital dalam menyediakan pasokan air untuk kebutuhan sehari-hari penduduk Desa Margomulyo. Ini membantu memenuhi kebutuhan domestik mereka dan mendukung pertanian di sekitar wilayah tersebut. Dengan adanya air yang cukup, pertanian dapat berkembang, menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan produksi pertanian.
  5. Dukungan untuk Pabrik: Air dari Pipa Sarengan juga mendukung operasional Pabrik Perkebunan Glenmore. Pabrik ini merupakan entitas ekonomi penting di wilayah tersebut, dan pasokan air dari pipa ini membantu menjaga kelangsungan operasionalnya. Ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut dan pelestarian lapangan kerja.
  6. Pertumbuhan Pariwisata: Peninggalan bersejarah seperti Jembatan Kudung Kendeng Lembu menarik wisatawan dengan minat sejarah. Wisatawan yang berkunjung memberikan dampak positif pada ekonomi lokal dengan membayar untuk berwisata, makan, dan membeli oleh-oleh. Selain itu, infrastruktur seperti jembatan ini juga membantu mendorong pertumbuhan sektor pariwisata.

Semua ini merupakan contoh-contoh bagaimana sejarah dan pelestarian aspek-aspek bersejarah dapat memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi wilayah.

Yuk bergabung dengan SMK ENTREPRENEUR TAHFIDZ
” masa depan di raih saat ini ! “

Informasi pendaftaran :
– 085745153312 ( Ust. Sholeh )

Karya Siswa Yang Lain

karya contoh
contoh literasi siswa
siswa 1

Siswa Kelas xii

Tanah Airku Negeri Dongeng oleh Dealova
Tanah Airku Negeri Dongeng Oleh: Dealova   Ibarat daun kelapa bercabang ...
Dealova Antony

Siswa Kelas XI DKV 1

PUISI "ASRI" Karya Dealova
ASRI Cerbung asap di kepala kereta disambut cuit ramai burung gereja. Bara Ap...
Dealova Antony

Siswa Kelas XI DKV 1

Dampak Koloni di Daerah Banyuwangi "Pabrik Gula"
Dampak Koloni di Daerah Banyuwangi Pabrik Gula Industri gula sempat merajai e...
Halimatul iz...

Siswa Kelas XI DKV 1

Website Sekolah

Nikmati Cara Mudah dan Menyenangkan Ketika Membaca Buku, Update Informasi Sekolah Hanya Dalam Genggaman

Hubungi kami di : +6282141875165

Kirim email ke kami[email protected]

Anda belum Terdaftar?

Jendela Informasi Sekolah yang mudah dan menyenangkan, Membaca Buku, Belajar dan Melihat Informasi Sekolah